“Kring....” Alarm Hpku sudah berbunyi. Pertanda
sudah waktunya aku harus bangun. Aku langsung matikan alarm HP supaya tidak
menggangu temanku yang sedang tertidur di samping kanan-kiriku. Memang aku tinggal di kontrakan. Jadi tidurpun kayak ikan pepes. Jentret-jentret
kayak sedang di keringkan. Hehe. Seperti biasanya, setelah bangun sambil
tiduran aku langsung membuka HP android milikku. Ya,
memang aku termasuk orang yang kecanduan HP sebelum tidur ataupun setelah
tidur. Ketika aku membuka HP, banyak pesan whatsapp dan BBM yang
masuk. Aku langsung membuka satu per satu. Aku juga membalas pesan yang
sekiranya perlu untuk dibalas. Setelah selesai membalas aku membaca
status-status BBM teman-temanku. Di kontak BBM teman-teman banyak
yang memasang Display Picture (DP) ibunya. Ada
juga yang membuat status tentang ucapan selamat hari Ibu. Ini membuat aku
berfikir. Sebenarnya ini ada apa?. Ternyata aku baru ingat bahwa hari ini tanggal 22 Desember dan tentunya peringatan hari Ibu.
Setelah aku merasa cukup
selesai
membaca status teman-teman di contac BBM-ku,
aku
membuka facebook. Dalam berandaku
banyak juga yang memperingati hari ibu. Cara memperingati hari
ibu pun bermacam-macam. Ada yang memuat status “Selamat
Hari Ibu”, ada yang mengupload foto ibunya, ada juga
yang mengupload foto dirinya sedang mencuci kaki ibunya. Tidak
hanya itu, ada yang membuat puisi tentang Ibu. Ada
juga yang mengunggah quote-quote tentang peringatan hari ibu. Bahkan tidak hanya status-status serius saja. Status-status
konyol dalam hari ibu juga ikut mewarnai diding
facebookku. Seperti
“di hari Ibu ini semoga ibuku dan ibumu menjadi besan”.
Di Facebook aku juga diigatkan tentang status
kenanganku dua tahun lalu yang bertuliskan kata mutiara Kahlil Gibran “Kata
yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata ibu. Panggilan paling indah
adalah Ibuku. Ini adalah kata penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang
keluar dari kedalaman hati”. Setelah
aku baca, aku memutuskan untuk membagikannya dengan menuliskan status “Ibu”.
Aku terus saja memainkan Hp untuk sebatas
membaca-baca status teman-temanku. Disela-sela aku memainkan Hp, aku sendiri
juga tidak tahu kenapa fikiranku rasanya kacau. Seakan-akan aku mempunyai beban
fikiran tentang sebuah perbuatan yang aku sesali. Ini diiringi dengan perasaan
hatiku yang juga ikut risau. Sebenarnya ada apa dengan fikiran dan perasaanku
ini? Aku berhenti memaikan Hpku. Aku menaruh Hp yang kumainkan di sampingku.
Masih pada posisi tiduran, kedua tanganku aku taruh di bawah kepalaku sebagai pengganti
bantal. Aku menatap ke atas sambil berfikir atau melamun. Sebenarnya ada apa
dengan diriku ini?.
Tiba-tiba aku mengingat masa-masa kecilku saat aku
bersama dengan Ibu. Iya, Ibu yang selalu melindungiku. Bahkan Ibu yang
pertaruhkan nyawanya untuk melahirkanku. Jujur sewaktu
kecil perekonomian keluargaku tidak stabil. Masih bisa dikatakan golongan kelas
menengah ke bawah. Tapi tidak pernah ada perkataan kasar dari Ibu ketika aku
meminta uang. Justru aku merasa dimanjakan oleh ibu. Pernah suatu ketika aku
meminta sebuah mainan motor remote. Waktu itu ibu tidak punya uang yang cukup
untuk membelikan sebuah mainan itu. Apalagi harus memberikan dua mainan. Ow
iya, aku adalah anak kembar. Waktu lahir terpaut enam menit. Tapi, yang namanya
ibu tidak pernah berkata “tidak” untuk memberikan sebuah kebahagiaan pada
anaknya ini. Selang beberapa hari ibu membelikan aku dan saudara kembarku
mainan tersebut. Hatiku saat itu sangat bahagia. Melihat kami bahagia, senyum
indah pun terpancar dari wajah ibu. Memang mainan mobil remot tersebut kecil
jika dibandingkan dengan mainannya teman-teman aku. Tapi, aku sudah sangat
bahagia. Dan aku percaya ibu sudah membelikan mainan ini yang terbaik untuk aku
dan saudaraku.
Setelah beberapa saat aku melamun, aku belum juga mengetahui
sebenarnya yang terjadi dengan diriku ini. Kecuali masa kecil yang aku ingat saat bersama ibu. Terus
saja aku melamun. Tiba-tiba aku merasa bahwa detak denyut jantungku menjadi
semakin cepat dan cepat. Kejadian itu diiringi dengan sebuah rasa penyesalan
yang ada di dalam diriku. Hal apa yang aku sesalkan, aku pun juga tidak tahu.
Aku masih terus terdiam dan merenung. Fikiranku menjadi kacau dan serba bingung
dengan kejadian yang aku alami ini. Waktu itu aku hanya ingin melihat ibu. aku
ingin memeluk ibu. bahkan aku juga ingin rasanya meminta maaf kepada ibu atas
segala kesalahanku. Aku juga tidak tahu kenapa sebenarnya diriku ini. Kenapa
tiba-tiba aku teringat tentang Ibu. Hatiku rasanya kangen sekali sama ibu. Aku ingin
pulang untuk bertemu ibu. tapi tidak mungkin aku pulang. aku punya tugas dan
tanggung jawab yang harus aku selesaikan di sini. Tapi kenapa dengan badanku
ini? Apa ini karena efek dari Hari ibu? Entahlah aku juga tidak tahu.
Kalau memang ini benar-benar efek dari Hari Ibu,
sudah selayaknya aku harus pulang dan menemui ibu. Tapi, lagi-lagi aku masih
punya tanggung jawab di sini yang harus diselesaikan. Suasana yang sunyi dan
dingin membuat aku terus melamun dan seolah-olah berbicara pada diriku sendiri.
Rasa galau memang menyelimutiku pada pagi ini. Keputusan apa yang harus aku
ambil akupun juga tidak tahu. Pulang atau tidak?. Bertemu ibu atau tidak?.
Setelah kurang lebih setengah jam aku melamun seperti itu, aku memutuskan untuk
tidak pulang dan tetap berada di sini untuk menyelesaikan tugas dan
tanggungjawabku. Keputusan itu sudah
sangat bulat. Tidak usah pulang. Maka untuk menenangkan hatiku, aku memejamkan
mata sebentar untuk sebatas berdo’a. Kemudian aku bangun dan mandi membersihkan
badanku sekaligus bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Sebelum berangkat seperti
biasa aku selalu ngopi dulu sebagi pembuka hari untuk beraktifitas.
Aku minta maaf sebelumnya kepada Ibu, aku tidak
mengucapkan selamat hari ibu kepadamu. Aku juga tidak mengirimi bunga sebagai
tanda kasih sayangku padamu ibu. Apalagi harus mencuci kakimu layaknya orang
lain. Aku juga tidak buat status “selamat hari ibu” di facebook atau
media sosial lainnya. Aku juga tidak mengunggah fotomu di facebook atau
media sosial lainnya. Bahkan aku juga
tidak sms atau telpon untuk mengucapkan “selamat hari ibu”. Bukan aku bermaksud
lancang kepadamu ibu atau bahkan bermaksud tidak menghormatimu ibu. Aku juga tidak
bermaksud untuk tidak membahagiakanmu ibu. Aku tidak punya niatan itu sama
sekali ibu.
Memang ibu, aku sengaja tidak mengucapkan “selamat
hari ibu” kepadamu. Aku juga tidak pulang untuk mencuci kakimu ibu. Aku yakin
ibu faham kenapa aku tidak pulang. Tapi percayalah ibu, pagi tadi aku sudah
merayakan peringatan hari ibu tanpa sepengetahuanmu. Aku memperingatinya dengan
mendo’akan ibu supaya diberikan kesehatan dan rizki yang melimpah oleh Tuhan. Bahkan
aku tidak hanya mendo’akan ibu saja, aku juga mendo’akan bapak juga. Semoga
bapak juga diberikan kesehatan dan rizki yang melimpah oleh Tuhan.
Kalau boleh jujur buk, setiap hari aku selalu mendo’akan
ibu dan bapak dalam setiap langkah kehidupanku. Tapi pagi tadi aku mendo’akan
ibu dan bapak khusus untuk memperingati hari Ibu pada tahun ini.
Komentar
Posting Komentar